IKET KEPALA adalah tutup kepala dari bahan
kain (polos wulung, polos putih atau batik) yang bentuk dasarnya adalah bujur
sangkar, yang kemudian dilipat membentuk segitiga,dengan cara diikatkan atau
diselipkan. Dalam kamus R.Satjadibrata arti lain IKET adalah BENDO,TOTOPONG atau UDENG. Dahulu tradisi
pemakaiannya berkembang luas di kalangan masyarakat, khususnya kaum pria baik
tua maupun muda. Biasanya sebagai perlengkapan busana tradisional baik untuk
sehari-hari, bepergian, menghadiri upacara atau beribadah dan lain-lain.
Pemakaian iket kepala biasanya dipadukan
dengan busana baju Kampret/salontreng, celana Pangsi dan sarung disampirkan.
Iket tidak sekedar sebagai kelengkapan busana, tetapi dapat menunjukkan status
dan etika seseorang dalam berbusana dan pergaulan, misalnya dianggap kurang
sopan bila seorang pria tidak mengenakan iket kepala saat bepergian atau
menerima tamu.
Dalam keadaan darurat, iket kepala digunakan
juga sebagai senjata rahasia atau alat membela diri dengan cara menyabetkan
ujung iket kearah muka/mata lawan. Iket kepala dapat memiliki fungsi antara
lain sebagai:
1 .
Asesoris, memperindah penampilan,
perlengkapan pertunjukan seni serta membuat rapi untaian rambut yang tidak
teratur dan panjang.
2 .
Kelengkapan adat, dalam tiap
berbusana tradisional masa lalu maupun sekarang disamping menggunakan baju adat
maka iket kepala selalu disertakan.
3 .
Kelengkapan alat ibadah
4 .
Menunjukkan status sosial, dari
berbagai model iket pada jaman dulu, untuk model tertentu hanya dibolehkan
untuk kalangan tertentu, pada jaman sekarang yang masih jelas yaitu antara
masyarakat Baduy dalam dan luar dapat dibedakan dari warna iket kepalanya.
5 .
Pusaka, diapakai untuk
kelengkapan/sahnya penerus/penobatan raja,tokoh dan lain2 serta meningkatkan
keyakinan akan kekuatan tertentu. Pada cerita berdirinya kerajaan Sumedhang
Larang, Eyang Jaya Perkosa sebagai panglima kerajaan Pakuan Pajajaran
menyelamatkan mahkota serta iket kepala kerajaan untuk dipakai Prabu Geusan
Ulun.
6 .
Senjata rahasia, beberapa jawara
dengan menggunakan tenaga dalamnya, selembar iket kepala mampu untuk memecahkan
sebongkah batu, ada pula iket yg mampu menghalau musuh serta cerita masa lalu
tentang iket kepalanya Prabu Ajisaka yang berhasil menghalau Prabu Dewata
Cengkar.
7 .
Alat politik, ingat iket kepala
yang dipakai Panglima Besar Jendral Sudirman, pada saat bergerilya beliau secara
sengaja memakai iket kepala yang berfungsi sebagai alat bersatunya dengan
masyarakat.
8.
Menahan cuaca dingin, beberapa
jenis iket ada yang menutupi kedua telinga sehingga sensasi yang muncul adalah
rasa hangat.
9.
Kode tertentu, antara lain apabila
kain yang menjulur dibelakang menutupi kedua telinga artinya adalah tidak mau
mendengarkan.
Dengan demikian fungsi iket kepala hampir
mendekati kesamaan dengan fungsi mahkota. Karena kepala adalah bagian yang
dimuliakan maka fungsi iket disini menjadi amat diperhatikan. Pada jaman sekarang
fungsi iket kepala kebanyakan hanya sekedar menjadi asesoris maupun sebagai
kelengkapan acara adat belaka.
Bentuk iket kepala banyak sekali ragamnya dan
masing-masing diberi nama sesuai dengan bentuknya. Penamaan seringkali diasosiasikan
dengan alam sekitar kita. Klasifikasi iket kepala pasundan secara garis besar yaitu
antara lain :
1. Bagian atas tertutup:
a. Parekos /Paro’os,
ada sekitar 4 varian yaitu:
i. Parekos Nangka/Kebo modol
ii.
Parekos Jengkol.
iii.Parekos
Maung Leumpang.
iv.Paro’os
Gedang.
b. Lohen/Palten
c. Koncer
2. Bagian atas terbuka:
a. Barangbang
Semplak/Mantokan/Bendo Cepot, ada 3 varian yaitu:
i. Barangbang
Semplak Kolecer.
ii.
Barangbang Semplak Tumpang.
iii.
Barangbang Semplak Ngarungkup.
iv.Barangbang
Semplak Puntir Payun.
b. Kuda Ngencar
c. Porteng (= mirip
sorban)
d. Buaya ngangsar
e. Kole Nyangsang
f. Tutup Liwet/Duk
Liwet
g.Julat Jalitrong
(=kreasi baru)
Pada daerah tertentu, iket kepala sudah
menjadi acara resmi pada hari hari tertentu dalam kegiatan pemerintahan. Kenapa
pentingnya mensosialisasikan penggunaan iket? Ya karena merupakan bagian dari
penyelamatan budaya bangsa. Apakah kita harus menunggu bangsa lain meng-klaim
iket kepala kita, kemudian kita tersinggung lantas baru gencar
mensosialisasikannya? Semoga saja tidak seperti itu.
Untuk melihat contoh gambarnya , bisa dilihat di posting "Galeri Iket Kepala Khas Pasundan" :)
Jangan lupa komentarnya hehe...
0 komentar:
Posting Komentar