Rabu, 22 Mei 2013

IKET KEPALA KHAS PASUNDAN...


                IKET KEPALA adalah tutup kepala dari bahan kain (polos wulung, polos putih atau batik) yang bentuk dasarnya adalah bujur sangkar, yang kemudian dilipat membentuk segitiga,dengan cara diikatkan atau diselipkan. Dalam kamus R.Satjadibrata arti lain IKET adalah  BENDO,TOTOPONG atau UDENG. Dahulu tradisi pemakaiannya berkembang luas di kalangan masyarakat, khususnya kaum pria baik tua maupun muda. Biasanya sebagai perlengkapan busana tradisional baik untuk sehari-hari, bepergian, menghadiri upacara atau beribadah dan lain-lain.
           Pemakaian iket kepala biasanya dipadukan dengan busana baju Kampret/salontreng, celana Pangsi dan sarung disampirkan. Iket tidak sekedar sebagai kelengkapan busana, tetapi dapat menunjukkan status dan etika seseorang dalam berbusana dan pergaulan, misalnya dianggap kurang sopan bila seorang pria tidak mengenakan iket kepala saat bepergian atau menerima tamu.
          Dalam keadaan darurat, iket kepala digunakan juga sebagai senjata rahasia atau alat membela diri dengan cara menyabetkan ujung iket kearah muka/mata lawan. Iket kepala dapat memiliki fungsi antara lain sebagai:
1     .       Asesoris, memperindah penampilan, perlengkapan pertunjukan seni serta membuat rapi untaian rambut    yang tidak teratur dan panjang.
2     .       Kelengkapan adat, dalam tiap berbusana tradisional masa lalu maupun sekarang disamping menggunakan baju adat maka iket kepala selalu disertakan.
3     .       Kelengkapan alat ibadah
4     .       Menunjukkan status sosial, dari berbagai model iket pada jaman dulu, untuk model tertentu hanya dibolehkan untuk kalangan tertentu, pada jaman sekarang yang masih jelas yaitu antara masyarakat Baduy   dalam dan luar dapat dibedakan dari warna iket kepalanya.
5    .       Pusaka, diapakai untuk kelengkapan/sahnya penerus/penobatan raja,tokoh dan lain2 serta meningkatkan keyakinan akan kekuatan tertentu. Pada cerita berdirinya kerajaan Sumedhang Larang, Eyang Jaya Perkosa sebagai panglima kerajaan Pakuan Pajajaran menyelamatkan mahkota serta iket kepala kerajaan untuk dipakai Prabu Geusan Ulun.
6    .       Senjata rahasia, beberapa jawara dengan menggunakan tenaga dalamnya, selembar iket kepala mampu untuk memecahkan sebongkah batu, ada pula iket yg mampu menghalau musuh serta cerita masa lalu tentang iket kepalanya Prabu Ajisaka yang berhasil menghalau Prabu Dewata Cengkar.
7    .       Alat politik, ingat iket kepala yang dipakai Panglima Besar Jendral Sudirman, pada saat bergerilya beliau secara sengaja memakai iket kepala yang berfungsi sebagai alat bersatunya dengan masyarakat.
8.       Menahan cuaca dingin, beberapa jenis iket ada yang menutupi kedua telinga sehingga sensasi yang muncul adalah rasa hangat.
9.       Kode tertentu, antara lain apabila kain yang menjulur dibelakang menutupi kedua telinga artinya adalah tidak mau mendengarkan.

        Dengan demikian fungsi iket kepala hampir mendekati kesamaan dengan fungsi mahkota. Karena kepala adalah bagian yang dimuliakan maka fungsi iket disini menjadi amat diperhatikan. Pada jaman sekarang fungsi iket kepala kebanyakan hanya sekedar menjadi asesoris maupun sebagai kelengkapan acara adat belaka.
          Bentuk iket kepala banyak sekali ragamnya dan masing-masing diberi nama sesuai dengan bentuknya. Penamaan seringkali diasosiasikan dengan alam sekitar kita. Klasifikasi iket kepala pasundan secara garis besar yaitu antara lain :
     1. Bagian atas tertutup:
a. Parekos /Paro’os, ada sekitar 4 varian yaitu:
i.  Parekos Nangka/Kebo modol               
ii. Parekos Jengkol.
iii.Parekos Maung Leumpang.
iv.Paro’os Gedang.
b. Lohen/Palten
c. Koncer
    2. Bagian atas terbuka:
a. Barangbang Semplak/Mantokan/Bendo Cepot, ada 3 varian yaitu:
i.   Barangbang Semplak Kolecer.
ii.  Barangbang Semplak Tumpang.
iii. Barangbang Semplak Ngarungkup.
iv.Barangbang Semplak Puntir Payun.
b. Kuda Ngencar
c. Porteng (= mirip sorban)
d. Buaya ngangsar
e. Kole Nyangsang
f. Tutup Liwet/Duk Liwet
g.Julat Jalitrong (=kreasi baru)   
     Pada daerah tertentu, iket kepala sudah menjadi acara resmi pada hari hari tertentu dalam kegiatan pemerintahan. Kenapa pentingnya mensosialisasikan penggunaan iket? Ya karena merupakan bagian dari penyelamatan budaya bangsa. Apakah kita harus menunggu bangsa lain meng-klaim iket kepala kita, kemudian kita tersinggung lantas baru gencar mensosialisasikannya? Semoga saja tidak seperti itu.   

Untuk melihat contoh gambarnya , bisa dilihat di posting "Galeri Iket Kepala Khas Pasundan" :) 
Jangan lupa komentarnya hehe...



0 komentar:

Posting Komentar